Ini sebenarnya motif penculik anak

H bin Muhidin (30), pelaku penculik tiga anak di Kampung Kertajadi, Desa Kertahadi, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur mengaku hanya akan menjadikan anak-anak itu sebagai pemulung.
Hal itu dilakukan karena saat ini dia sedang mengurus rongsokan di Sukabumi.
Anak-anak yang dia culik itu akan diperalat untuk mencari barang-barang rongsokan.
"Buat kerja di rongsokan saja, bukan buat dijual organ tubuhnya," ujar H di hadapan wartawan di Mapolres Cianjur, Kamis (23/3/2017).
Penculikan bermula karena H memang berniat menculik.
Kesempatan itu datang saat tiga anak bernama Rudiyanto (10), Dadan (10), dan Hendrik bin Ason (6) berkunjung ke rumah orangtua WW (30) istiri H di Kertajadi.
"Ketiganya saya bujuk untuk ikut mayor (makan siang) di Pantai. Kami ke pantai berjalan kaki karena jaraknya tidak terlalu jauh," ujar H.
Sesampainya di Pantai, mereka pun bersantap siang. Namun, selesai bersantap bersama ketiganya bukan pulang.
Ibu Rudiyanto, Popon (40) pada hari yang sama, pada 12 Maret 2017 langsung melaporkan anaknya yang hilang ke polisi.
"Saya dan istri bawa kabur mereka naik angkutan umum. Di Sindangbarang ketangkap karena ada yang mengenali ketiga bocah itu," ujar H seraya menyebut baru pertama kali menculik.
Pasangan suami istri itu kini ditahan di ruang tahanan Mapolres Cianjur dan dijerat pasal 83 Jo.
Pasal 76F Undang-undnag RI nomor 35/2014 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 23/2002 tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun.
Pelaku Pindah-pindah Tempat
Satuan Reserse Kriminal Polres Cianjur memamerkan pasangan suami istri pelaku penculikan tiga orang anak di Kampung Kertajadi, RT09/03 Desa Kertajadi Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur, di Mapolres Cianjur, Kamis (23/3/2017).
Keduanya masing-masing berinisial H (35) bin Muhidin, warga Kampung Tegalboled Desa Sukapura Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur, dan istrinya, WW (30) binti Engkur warga Kampung Cidahon Desa Jatimulya Kecamatan Pamengpeuk Kabupaten Garut.
Polisi menangkap mereka tidak lama setelah melakukan aksi penculikan di Cidaun, 12 Maret 2017.
"Tanggal 12 Maret ada laporan dari seorang bernama Popon (40) warga Desa Kertajadi bahwa anaknya Rudiyanto (10) hilang. Dia sempat mencarinya ke rumah pelaku (Hendrik) tapi tidak ditemukan," ujar Kasatreskrim Polres Cianjur, AKP Benny Cahyadi di Mapolres Cianjur.
Bukan hanya Rudiyanto, Hendrik dan Istrinya juga membawa kabur Dadan (10) bin Killi dan Hendrik (10) bin Ason (6).
Selang satu hari dari aksi penculikan itu, yakni pada tanggal 13 Maret, ketiga korban ditemukan di Sindangbarang bersama kedua pelaku.
Jarak Cidaun ke Sindangbarang sekitar 30 kilometer.
"Pelaku memang berpindah-pindah tempat sehingga pelacakan cukup sulit. Terakhir pelaku ada di Sindang Barang setelah sebelumnya kami berkoordinasi dengan warga sekitar," ujar Benny seraya membenarkan kedua korban sempat akan dihakimi massa.
Keduanya kini ditahan di ruang tahanan Mapolres Cianjur dan dijerat pasal 83 Jo. Pasal 76F Undang-undang RI nomor 35/2014 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 23/2002 tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun.
Tampak suami istri itu sangat kusam. Namun, Hendrik sang suami bertato di dadanya.
Pria yang sehari-hari bekerja serabutan itu mengaku akan membawa ketiga bocah asal Kertajadi itu ke Sukabumi.
Kapolri Tegaskan soal Penculikan Anak Seharga Rp 5 Miliar
Berita soal penculikan anak untuk dijual organnya adalah bohong atau hoax.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengaku juga sempat menerima informasi yang banyak beredar di dunia maya dan berbagai aplikasi komunikasi itu.
Kepada wartawan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2017), Tito Karnavian sudah menyuruh anak buahnya untuk mengklarifikasi berita tersebut.
Diketahui bahwa informasi tersebut tidak betul atau hoax.
"Saya cek ke Manado. Saya cek juga ke Polda Metro Jaya, karena ini berkembang juga di Jakarta. Kita cek (ternyata) hoax," ujar Tito Karavian kepada wartawan, berita soal penculikan anak itu beredar dalam bentuk foto dari halaman muka sebuah koran.
Media tersebut memberitakan bahwa salah satu motivasi dari penculikan anak, adalah untuk dijual organ tubuhnya.
Bahkan media tersebut juga menyertakan daftar harga dari organ-organ tubuh anak, mulai dari mata, kulit kepala, tengkorak, bahu, jantung, hati, tangan, usus, ginjal dan empedu.
Dituliskan juga bahwa harga dari seluruh organ anak mencapai Rp 5 miliar.

Comments

Popular posts from this blog

Misteri Besar `Komputer` Berusia 2000 Tahun Terkuak!

Misteri terjadinya Perang Sampit

Pendeta jahat akan dihukum dan seperti apakah pendeta jahat itu?