Rahasia persepuluhan

Bayangkan seorang pengkhotbah berdiri di atas mimbar. Dengan suara membahana mirip Rahwana, ia membacakan ayat-ayat ini:

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. (Mal 3:10-11)
Jeng, jeng, jeng! Saya yakin bulu roma Anda akan merinding, apalagi kalau Anda kelupaan menyetor persepuluhan di tanggal muda. Gawat itu. Selain kutuk kemiskinan mengintai keluarga, bisa-bisa Anda kena semprot, “Kamu jahat!”

Rangga lupa bayar perpuluhan

Benar-benar firman Tuhan yang mematikan. Orang Jawa menyebutnya: the killer verses! Tidak sedikit hamba Tuhan yang berani mengatakan, “Bagaimana jemaatnya mau diberkati? Gerejanya sendiri tidak pernah mengajarkan persepuluhan!” Seakan-akan Tuhan melepaskan proteksi atas sumber penghasilan kita karena tidak memberikan persepuluhan. Di lain pihak, Tuhan menjanjikan berkat yang melimpah kalau Anda memberikan persepuluhan. Kalau begini caranya, apa bedanya dengan preman Tanah Abang yang menuntut ‘uang keamanan’ agar pedagang bisa terus berjualan?

Sebelum kita selidiki kebenaran firman ini, saya mengajak Anda untuk membaca seluruh kitab Maleakhi dari awal hingga akhir dalam sekali duduk. Dijamin tidak akan memakan waktu lebih dari setengah jam, kerena kitab ini hanya terdiri dari 4 pasal. Kalau sudah dibaca semuanya, siapkan kopi dan buka pikiran Anda.

Mitos#1: Kitab Maleakhi Ditujukan Kepada Seluruh Jemaat

Setahu saya tak ada satupun pendeta yang menggunakan ucapan Yesus di bawah ini kepada jemaatnya:

Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? (Mat 23:33)
Tentunya Anda pasti tahu bahwa kata-kata tersebut ditujukan kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Demikian pula dalam memahami konteks Maleakhi 3:10-11, perlu diketahui kepada siapa ayat ini ditujukan dan bagaimana latar belakangnya. Mulai dari Maleakhi 1:6, Tuhan berbicara secara spesifik hanya kepada imam-imam bait suci, dan bukan kepada bangsa Israel.

Jika Aku ini tuan, di manakah takut  yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. (Mal 1:6)
Hal ini dipertegas di ayat 2:1, dan berlanjut terus hingga akhir kitab Maleakhi.

Maka sekarang, kepada kamulah tertuju perintah ini, hai para imam! (Mal 2:1)
Saudara-saudari yang terkasih, terdakwa dalam kasus ini bukanlah jemaat melainkan pendeta di zaman itu!

Aku akan mendekati kamu untuk menghakimi dan akan segera menjadi saksi terhadap tukang-tukang sihir, orang-orang berzinah dan orang-orang yang bersumpah dusta dan terhadap orang-orang yang menindas orang upahan, janda dan anak piatu, dan yang mendesak ke samping orang asing, dengan tidak takut kepada-Ku, firman TUHAN semesta alam. (Mal 3:5)
Seandainya benar anggapan bahwa Tuhan sedang berbicara kepada rakyat karena menelantarkan para imam dengan mangkir dari persepuluhan, maka sungguh aneh jika ‘orang upahan, janda dan anak piatu’ justru termasuk sebagai pihak yang dibela oleh Tuhan dalam ayat di atas. Mereka ini adalah korban dari keganasan oknum di Bait Suci, dan oknum tersebut adalah para imam! Oleh karena itu, sesungguhnya kitab ini merupakan peringatan bagi para pendeta zaman sekarang, dan bukan kepada para jemaatnya. Di bagian berikutnya akan sangat jelas terlihat penyebab kemarahan Yahweh.

Mitos#2: Seluruh Persepuluhan Harus Diberikan Ke Gereja Lokal

We believe that your tithes belong to your local church.
Pernyataan ini sering diumumkan di akhir acara khotbah televisi. Intinya, jemaat harus menyerahkan persembahan persepuluhan ke gereja. Kalau mau bagi-bagi rezeki untuk fakir miskin dan anak terlantar, silakan saja… asal jangan dari persepuluhan. Dasarnya sekali lagi dari ayat kondang:

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan… (Mal 3:10a)
Ternyata dalam Perjanjian Lama, persepuluhan tidak pernah dibawa langsung oleh rakyat Israel ke Bait Suci.

…, dan kepada orang-orang Lewi akan kami bawa persembahan persepuluhan dari tanah kami, karena orang-orang Lewi inilah yang memungut persembahan-persembahan persepuluhan di segala kota pertanian kami. (Neh 10:37b)
Seperti telah dibahas pada dalil#2 di tulisan sebelumnya, bani Lewi tinggal di 48 kota yang terletak di luar Yerusalem. Di kota-kota inilah persembahan persepuluhan dipungut dari rakyat oleh pelayan Lewi. Setelah itu, bersama dengan imam, setiap hari mereka hanya membawa 1/10 dari persepuluhan ke Bait Suci sebagai porsi makanan untuk imam yang bertugas.

Seorang imam, anak Harun, akan menyertai orang-orang Lewi itu, bila mereka memungut persembahan persepuluhan. Dan orang-orang Lewi itu akan membawa persembahan persepuluhan dari pada persembahan persepuluhan itu ke rumah Allah kami, ke bilik-bilik rumah perbendaharaan. (Neh 10:38)
Catat ini: 90% dari persepuluhan tetap tinggal di kota-kota Lewi (bukan di Yerusalem alias Bait Suci). Alasannya sederhana: hanya 1 dari 24 group Lewi yang bertugas di Bait Suci selama 1 minggu. Oleh karena itu wajar jika hanya 1/10 dari persepuluhan yang dibawa ke Bait Suci untuk imam Lewi yang sedang bertugas. 90% bagian yang tidak dibawa merupakan persediaan makanan bagi keluarga bani Lewi yang tidak bertugas. Jadi tidak ada dasar Alkitabiahnya kalau semua persembahan persepuluhan harus diberikan ke gereja.

Nah, kalau sudah paham mekanisme persepuluhan dalam Perjanjian Lama, barulah kita bisa membahas kenapa Tuhan marah dalam Maleakhi 3:10-11. Praktek persepuluhan di zaman Maleakhi diceritakan secara gamblang dalam kitab Nehemia (catatan: Maleakhi hidup sezaman dengan Nehemia), dan ini tidak pernah dibahas di gereja!

Tetapi sebelum masa itu imam Elyasib yang diangkat untuk mengawasi bilik-bilik rumah Allah kami, dan yang mempunyai hubungan erat dengan Tobia, menyediakan sebuah bilik besar bagi Tobia itu. Sebelumnya orang membawa ke bilik itu korban sajian, kemenyan, perkakas-perkakas dan persembahan persepuluhan dari pada gandum, anggur dan minyak yang menjadi hak orang-orang Lewi, para penyanyi dan para penunggu pintu gerbang, dan persembahan khusus bagi para imam. (Neh 13:4-5)
Jadi begini… di Bait Suci ada sebuah kamar yang ditetapkan sebagai tempat penyimpanan persembahan sulung dan porsi makanan harian bagi imam yang sedang bertugas selama satu minggu. Tapi Imam Besar Elyasib mengosongkan kamar ini dan memberikannya untuk ditempati oleh Tobia, yang merupakan musuh Nehemia.

Aku menjadi sangat kesal, lalu kulempar semua perabot rumah Tobia ke luar bilik itu. Kemudian kusuruh tahirkan bilik itu, sesudah itu kubawa kembali ke sana perkakas-perkakas rumah Allah, korban sajian dan kemenyan. (Neh 13:8-9)
Kelakuan Imam Elyasib ini membuat Nehemia naik pitam. Semua milik Tobia ditendang keluar. Perhatikan dari ayat di atas bahwa semua barang dikembalikan, kecuali persembahan persepuluhan, yang akhirnya harus diganti dengan yang baru (Neh 13:12). Artinya: persepuluhan telah dicuri oleh para imam! Itulah sebabnya Tuhan marah.

Sekarang Aku bertanya kepadamu: Bolehkah manusia menipu Allah? Tentu saja tidak. Tetapi kamu menipu Aku juga. Kamu bertanya, ‘Bagaimana?’ Jawab-Ku: Dalam hal membayar sepersepuluhan dan memberi persembahan. (Mal 3:8)
Sekali lagi saya tegaskan: yang mencuri persepuluhan bukanlah jemaat, tapi pendeta (karena bukan jemaat yang membawa persembahan persepuluhan ke Bait Suci, cf. Neh 10:38). Kelakuan bejat pendeta-pendeta ini membuat para pelayan dan tim paduan suara sering bolos.

Juga kudapati bahwa sumbangan-sumbangan bagi orang-orang Lewi tidak pernah diberikan, sehingga orang-orang Lewi dan para penyanyi yang bertugas masing-masing lari ke ladangnya. (Neh 13:10)
Persepuluhan yang seharusnya menjadi jatah bagi pelayan-pelayan Lewi, orang upahan, janda dan anak piatu, dikorupsi oleh para imam. Alhasil pelayan-pelayan Lewi jadi ‘ngobyek’ kiri-kanan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Mitos#3: Tuhan Minta Diuji

… dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, …. (Mal 3:10b)
Para militan persepuluhan sering berkoar-koar bahwa inilah satu-satunya tempat di mana Tuhan minta diuji, yang membuktikan bahwa ini merupakan doktrin abadi yang berlaku di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Mari kita lihat bahasa aslinya: “ujilah (ibrani: bachan) aku, ….”

bachan <0974>
1) to examine, try, prove
    1a) (Qal)
        1a1) to examine, scrutinise
        1a2) to test, prove, try (of gold, persons, the heart, man of God)
    1b) (Niphal) to be tried, proved
    1c) (Pual) to make a trial

—Brown-Driver-Briggs (Old Testament Hebrew-English Lexicon)
Sesungguhnya bagian ini merupakan kebalikan dari kutuk yang ada di Maleakhi 3:9. Dengan mengatakan “ujilah Aku”, Tuhan sedang mengatakan kepada bangsa Israel untuk menyelidiki dengan seksama (to scrutinise) seluruh isi Hukum Taurat. “Ujian”-nya adalah mematuhi Hukum Taurat, the Old Covenant, supaya mendapat berkat!

Mitos#4: Tingkap Langit Dibukakan Sebagai Curahan Berkat

Dibalik kutuk bagi jemaat yang mangkir memberikan persepuluhan, kitab Maleakhi tetap memiliki daya tarik tersendiri.

… apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (Mal 3:10c)
Inilah jackpot yang ditawarkan oleh pengkhotbah masa kini. Tingkap-tingkap langit dibuka sinonim dengan jalan yang dimudahkan. Ujung-ujungnya adalah berkat yang berkelimpahan.

Selidik punya selidik, ternyata ayat ini merupakan penegasan dari perjanjian yang sudah ditetapkan bagi Israel di bawah Hukum Taurat: perjanjian kutuk dan berkat, yang tertulis dalam Ulangan 28. Secara spesifik, tingkap-tingkap langit yang dibuka sebagai curahan berkat mengacu kepada ayat ini:

TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman. (Ula 28:12)
Israel saat itu adalah negara teokrasi sekaligus negara agraris, yang sangat bertumpu pada hasil bumi. Pajak yang berasal dari persepuluhan sangat bergantung pada tingkat kesuburan tanah. Di tengah-tengah keadaan yang sering dilanda kekeringan (e.g. 1 Raj 17) dan bencana kelaparan (e.g. Neh 5:3), Tuhan berjanji untuk membuka tingkap-tingkap di langit. Perhatikan kata-kata yang sama digunakan saat terjadi banjir bandang jauh sebelum Ahok menjabat sebagai Gubernur DKI.

Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. (Kej 7:11)
Berkat yang dimaksud di sini adalah hujan, bro! Cup, cup, cup… jangan kecewa, ya, nak!

Banjir sebelum dan sesudah
Banjir bandang sebelum dan sesudah Ahok menjabat Gubernur DKI (sumber: hatree.net)
Renungan

Sungguh menyedihkan jika banyak hamba Tuhan yang mengecam jemaatnya ketika mengambil ayat tanpa melihat konteksnya, namun ketika giliran membahas persepuluhan, Maleakhi 3:10-11 dicomot begitu saja tanpa memperhatikan pasal-pasal sebelumnya. Sepintas memang kelihatan rohaniah: memberi kepada Tuhan, engkau akan diberkati; engkau pelit, Tuhanpun pelit. Bukankah semua agama di dunia ini begitu adanya? Selalu hukum timbal-balik. But that’s not the gospel!

Saya tidak mempermasalahkan jemaat yang memberikan 10% gajinya untuk gereja. Bahkan saya mendukung jemaat yang memberi 100%. Yang saya sesalkan adalah hamba Tuhan yang membangun doktrin persembahan dari Perjanjian Lama, the Old Covenant, yang berisi kutuk dan berkat; kemudian menggunakan ayat-ayat dari Maleakhi — yang sebetulnya merupakan peringatan bagi para hamba Tuhan — untuk menghardik jemaatnya.

Saudara-saudaraku yang terkasih, segala kutuk Hukum Taurat sudah dipatahkan di atas kayu salib.

Kristus menebus kita dari kutuk Hukum Taurat dengan menjadi kutuk bagi kita, sebab ada tertulis, “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Gal 3:13, AYT)
Ketahuilah ini: Tuhan mengasihi Anda tanpa syarat. Engkau diberkati bukan karena kebaikanmu, bukan pula karena persepuluhanmu. It’s all because of Jesus!

Dikutip dari bukanromanpicisan.wordpress.com

Comments

Popular posts from this blog

Misteri Besar `Komputer` Berusia 2000 Tahun Terkuak!

Misteri terjadinya Perang Sampit

Pendeta jahat akan dihukum dan seperti apakah pendeta jahat itu?